Jumat, Agustus 20, 2010

Sebuah Zaman yang Dipertanyakan
Entah dunia macam apa saya menyebutnya untuk abad ini. Semua kemajuan dan teknologi yang kita kembangkan dan ciptakan, sebenarnya untuk apa? Kemajuan agar manusia menjadi lebih baik? Benarkah sekarang manusia menjadi lebih baik?

Kemajuan apa yang kita dapatkan sebenarnya pada jaman yang katanya serba canggih ini? Karena terlalu majunya jaman kita ini, apakah telah dibenarkan untuk membakar anak sendiri? Pernahkah kita mendengar cerita-cerita pada sejarah manusia, cerita-cerita tentang kehidupan manusia yang tega membakar anaknya sendiri. Benarkah semua kemajuan ini telah memberikan kita kedamaian bukan kehancuran dan pertikaian?

Jaman apa pula ini, dimana begitu banyak tanah lapang terhampar tapi kenapa saya mendengar ada seorang bapak yang tidak mampu menguburkan anaknya. Inikah cita-cita kemajuan yang kita idam-idamkan? Bukankah tujuan semua penemuan-penemuan ini, semua kebijakan-kebijakan hukum yang kita ciptakan, semua industri-industri yang kita kembangkan untuk mempermudah kita dalam menjalani bentangan kehidupan. Dengan itu semua, semakin mudahkah hidup kita?

Ada program pengembangan desa-desa tertinggal. Ada program pengembangan listrik masuk desa. Dan banyak lagi program-program orang-orang kota yang datang ke desa-desa, suku pedalaman yang katanya ingin memajukan mereka yang masih hidup terbelakang. Butuhkah mereka akan kemajuan itu? Kemajuan untuk apa? Akankah mereka menjadi damai dengan diberikannya teknologi? Saya rasa mereka lebih membutuhkan kehidupan damai dibandingkan suatu kemajuan yang terbukti lebih menjauhkan manusia pada rasa kemanusiaan. Apakah ada jaminan, jika kehidupan modern telah hinggap dan masuk ke desa-desa yang katanya tertinggal dan suku-suku yang kita katakan primitif, lalu mereka akan merasa hidup dengan damai.

Benarkah bangsa primitif lebih tidak manusiawi ketimbang bangsa modern? Benarkah juga, jika kita semakin berbudaya, semakin kita menjadi manusia seutuhnya?
Apakah kemajuan yang kita rasakan ini juga diimbangi dengan kemajuan rasa kemanusiaan? Fakta tentang kemajuan teknologi memang nyata sekali keliatan. Dan juga kelihatan jelasnya adalah, ternyata kemajuan teknologi itu jugalah yang menyebabkan manusia terpaksa mengorbankan sejumlah yang terikat. Bertahan hidup jaman ini malah semakin sulit. Hasil pangan dunia memang meningkat beberapa kali lipat, tapi kenapa kita masih mendengar manusia mati kelaparan?
Jadi dunia apa ini sebenarnya? Saya juga pernah bertanya-tanya, jangan-jangan masyarakat Baduy menjauhkan diri dari teknologi karena mereka telah menyadari kalau teknologi akan menjauhkan manusia dari kedamaian.

“Di mana-mana perikemanusiaan terutama terdiri dari relasi antar pribadi yang saling mengenal. Itulah sebabnya mengapa hidup dalam kelompok kecil bersifat lebih manusiawi daripada dalam sebuah kota besar karena manusia bukan dipandang sebagai nama dan nomor semata-mata, melainkan sebagai seorang pribadi dengan watak dan temperamen khas yang dikenali oleh semua orang lain”.(Strauss).

Dalam segi pendidikan pun demikian. Pendidikan awal mulanya dirancang sebagai sebuah sistem untuk membebaskan manusia dari kebodohan. Dengan memberikan pendidikan pada semua orang maka setiap orang mempunyai potensi untuk menjadi pintar. Dengan demikian sebagian besar penduduk dunia terbebas dari kebodohan. Secara akal sehat, seharusnya kemajuan teknologi pun bisa mempermudah orang dapat memperoleh pendidikan.

Tetapi apakah dengan bertambahnya jaman, orang dapat lebih mendapatkan ilmu pengetahuan. Tidak! Pengetahuan saat ini tidak lagi bebas beredar. Pengetahuan telah memiliki patennya sendiri-sendiri. Dahulu masih sering terlihat tempat-tempat pembetulan alat elektronik seperti radio atau tv dipinggir-pinggir jalan, bahkan sampai pelosok. Namun jaman sudah berubah, katakanlah DVD-Player Anda rusak, saat ini Anda tidak bisa lagi membenarkannya pada tukang-tukang servis pinggir jalan tetapi harus membawanya ke service-center resmi. Apa penjelasanya & kenapa seperti itu? Ini karena ilmu pengetahuan telah berkembang sedemikian rumitnya sehingga teknologi semakin canggih dan semakin sulit dipelajari jadi hanya orang-orang tertentu sajalah sekarang yang bisa memperbaiki DVD-Player Anda. Tapi benarkah itu penjelasan masalahnya? Kalau boleh saya katakan, sebenarnya bukan di situ masalahnya, teknologi-teknologi baru yang dipakai pada umumnya adalah teknologi yang dipatenkan, artinya tidak bisa dipakai tanpa seijin pemiliknya, sehingga orang banyak tidak bebas mendapatkan informasi tentang perkembangan teknologinya. Jika demikian masalahnya Jadi ternyata mencari ilmu pengetahuan saat ini ternyata tidak lagi mudah.

Bagaimana dengan pendidikan sebagai tempat orang menimba ilmu. Ternyata fungsi pendidikan pun telah bergeser. Dari fungsinya yang ingin menciptakan orang yang berpengetahuan dan juga bermoral menjadi tempat bagi berkompetisi.
Sebenarnya, kurikulum pendidikan yang ditawarkan saat ini hampir semuanya seragam. Apa yang dipelajari oleh anak yang berada di Eropa hampir sama dengan apa yang dipelajari di Flores. Yang berbeda mungkin fasilitasnya. Kesamaan itu dikukuhkan dengan segala macam perlombaan seperti olimpiade matematika, fisika dan lain sebagainya, seolah-olah pendidikan hanya untuk mencetak orang-orang pintar seperti juaranya. Makanya, berlombalah orang-orang untuk menjadi yang terbaik dan melupakan nilai luhur yang sebenarnya dari pendidikan seperti kerja sama, kemurahan hati, kesetiakawanan yang justru sekarang malah tidak mendapat tempat. Pernahkah Anda mendengar perlombaan kemurahan hati?

Kini, semua sekolah mencuci otak semua anak didiknya untuk membawa bendera kompetisi. Semua anak berkompetisi dengan yang lain. yang ada hanyalah pemenang, sia-sialah bila Anda kalah. Dunia ini terlalu sempit sehingga hanya menyediakan tempat bagi yang terbaik. Anda berkompetisi untuk mendapatkan nilai terbaik, lebih dari nilai teman-teman Anda. Padahal nilai terbaik tidak selalu berarti Anda yang terbaik. Nilai terbaik hanyalah berarti bahwa Anda adalah yang terbaik versi sang penilai. Versi sebenarnya, hanya Tuhan yang tahu! Kalau Anda menjadi yang terbaik berarti Anda punya kesempatan untuk masuk ke universitas yang terbaik. Lulusan universitas terbaik bisa bekerja di perusahaan terbaik, dengan gaji terbaik. Begitu seterusnya. Yang tidak lolos saringan adalah orang yang nantinya akan tertindas seperti para petani penggarap (peasant) dalam jaman feodal.

Jadi apa makna tentang kemajuan ini. Kemajuan hanya menciptakan manusia menjadi seorang kompetitior yang dilatih untuk bisa hidup sendiri. Hidup semakin sulit, jadi orang belajar pun untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sebagai individu yang sukses. Bukan belajar bagaimana cara hidup sejahtera bersama. Kekayaan yang didapatkan pun diupayakan agar bisa menjadi modal agar bisa terus bertahan dan menjadi kuat pada bidang yang ditangani. Kenapa seperti itu, karena jaman sekarang semua orang adalah pesaing, semua perusahan adalah pesaing. Lupakanlah hidup bersama. Hidup saat ini adalah berkompetisi.

Pantas saja dijaman ini ada orang yang tega membakar anak-anaknya hidup-hidup. Bagaimana tidak, jaman saat ini kita memang tidak dilatih untuk berbuat baik, tetapi dilatih cara bersaing yang baik. Modeling di luar sana telah memberikan gambaran betapa hidup semakin sulit, sehingga yang tidak mampu bertahan sebaiknya tidak usah hidup atau dia tidak dapat hidup layak. Di tengah-tengah itu semua, ada yang kuat bertahan adapula yang tidak kuat sehingga memberikan pelarian kekeselan lewat diri sendiri dengan menyakiti diri atau malah bunuh diri. Bisa juga menghancurkan benda-benda, makhluk, dan juga manusia di luar dirinya. Dan itu bisa siapa saja. Karena toh, dunia memang tidak memberikan pejalaran yang baik buatnya.

Kalau begitu, apa iya kemajuan saat ini bisa membuat hidup kita jadi lebih mudah ? kembali saya tanyakan, jadi untuk apa kemajuan ini, untuk apa kreasi kita ini, kemajuan demi kemajuan atau kemajuan demi kedamaian? Jika demi kedamaian, berarti ada yang salah dengan proyek kemajuan kita.

Mari bersama-sama kita mengintrospeksi diri, Semoga Allah SWT Meridhoi Kita dan Bangsa ini... Amin

Tidak ada komentar: